Mahasiswa PMIPA Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Palangkaraya menuangkan bahan bubuk rempah olahan di Laboratorium Tadris Fisika IAIN, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (12/8/2020). Mahasiswa tersebut memproduksi 20 kg atau 800 bungkus olahan rempah-rempah bubuk berupa jahe merah instan yang dijual dengan harga Rp10 ribu per bungkus dan dipasarkan melalui daring. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/foc.

Jakarta, Kominfo – Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong mahasiswa untuk mengembangkan ide bisnis digital. Menurut Plt Direktur Ekonomi Digital Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, I Nyoman Adhiarna mengajak mahasiswa mengikuti Gerakan Nasional (GN) 1000 Startup Digital, salah satu program Kementerian Kominfo untuk memfasilitasi mahasiswa mengembangkan ide-ide khususnya yang ingin berbisnis digital.

“Kami datang ke perguruan tinggi mengadakan acara workshop seperti ini, kemudian mendorong ide-ide apa yang bisa didigitalisasi sampai akhirnya kita mendekatkan mereka dengan para calon investor dan membangun usaha rintisan,” tuturnya dalam webinar Seminar Bisnis Digital, Jakarta, Minggu (20/09/2020).

Plt Direktur Ekonomi Digital Ditjen Aptika menyatakan Indonesia merupakan salah satu pemain ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Hal itu dibuktikan dari lahirnya beberapa unicorn ternama di Tanah Air. Menurutnya, untuk mewujudkan lahirnya startup rintisan yang berkembang hingga menjadi unicorn dan decacorn harus dimulai dari ide mahasiswa untuk bisnis digital.

“Makanya kita punya Unicorn-Unicorn yang besar-besar itu luar biasa, dan kita ingin punya lebih banyak seperti itu. Untuk itu dimulai dengan membangun startup digital tadi,” ujarnya

Menurut Plt Direktur Nyoman Adhiarna, program GN 1000 Startup Digital sendiri sudah berjalan selama tiga tahun terakhir, “Sudah tiga tahun kita lakukan dan tahun ini secara online,” tambahnya

Program GN 1000 Startup Digital diprioritaskan untuk anak-anak muda yang sedang menemani kuliah. Sebab, membangun startup perlu latar belakang pendidikan yang cukup.

“Makanya kita perlu ada konsultan atau pendamping yang mengajarkan mereka, memformulasikan dan merumuskan ide-ide tadi sehingga layak secara bisnis dan kemudian bisa dituangkan dalam bentuk aplikasi startup,” jelas Plt. DIrektur Ekonomi Digital.