BONN JERMAN- Pemerintah Kota Jambi kembali menunjukkan kalibernya sebagai daerah yang mampu berbicara banyak dalam berbagai forum internasional. Eksistensi dan lobi efektif Kota Jambi dalam pergaulan internasional tersebut, kembali membuahkan hasil positif bagi masyarakat Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi.

Kepedulian dan komitmen tinggi yang ditunjukkan oleh Kota Jambi dalam mendukung upaya global dalam mengatasi isu perubahan iklim dan lingkungan dewasa ini, kembali menuai apresiasi tinggi oleh masyarakat internasional.

Kota Jambi berhasil masuk dalam 20 besar nominasi kota didunia yang akan mendapatkan bantuan Global climate City Challenge (GCCC) dari European Investment Bank (EIB) senilai 30 juta Euro. Tidak hanya sampai disitu 20 besar kota tersebut juga akan berpotensi meraih investasi potensial bernilai 1,4 milyar Euro dibidang e-mobility, waste to energy, urban greening, resilience and climate adaptation measures dari para investor yang berasal dari benua biru Eropa.

Hal tersebut mengemuka saat Wakil Wali Kota Jambi Dr. dr. H. Maulana, MKM memimpin delegasi Kota Jambi pada ajang The 10th Global Forum on Urban Resilience and Adaptation Resilient Cities 2019 yang berlangsung di Kota Bonn Jerman pada tanggal 27-30 Juni lalu.

Yang paling membanggakan adalah, Kota Jambi adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara dan mewakili Indonesia, yang berhasil masuk nominasi 20 besar GCCC.

Pada sesi Panel Finance Forum High Level Session di forum dunia tersebut, Wakil Wali Kota Jambi Dr. dr. H. Maulana, MKM yang juga disandingkan dengan Wali Kota Bogor Arya Bima dan pemimpin kota besar lain di dunia, diberi kesempatan untuk melakukan presentasi dihadapan seluruh peserta yang berasal dari seluruh belahan benua didunia.

Pada kesempatan itu, Wawako Maulana memaparkan presentasi yang berjudul “Inisiatif Kota Jambi dalam Transportasi Publik Ramah Lingkungan”, yang memuat komitmen Kota Jambi untuk mendukung secara penuh gerakan global mengatasi perubahan iklim dengan inisiatif aksi iklim di tingkat daerah (addressing climate change with local climate action initiative), yang salah satu diantaranya adalah mewujudkan suatu sistem transportasi publik bagi seluruh kota Jambi yang ramah lingkungan (green urban transportation project).

Presentasi tersebut juga merupakan proposal resmi Pemkot Jambi dalam rangka mewujudkan rencana langkah aksi tersebut melalui Global climate City Challenge (GCCC). GCCC sendiri merupakan inisiatif kerjasama antara European Investment Bank (EIB) dengan Global Covenant of Mayors (GCoM), yang menyediakan pendampingan teknis untuk mempersiapkan dan jalur cepat dalam pendanaan proyek aksi penyelamatan iklim perkotaan (urban climate action projects).

Dalam forum itu pula, Pemerintah Kota Jambi juga mengikuti panel Transformation Action Plan (TAP) Market Place, sebuah sesi dimana pihak EIB dan para investor mewawancarai langsung face-to-face delegasi Kota Jambi, dan mendengarkan langsung presentasi project yang ingin diwujudkan di Kota Jambi. Ajang tersebut tidak disiakan oleh Wawako Maulana untuk meyakinkan para investor agar berinvestasi di Kota Jambi.

Diinisiasi oleh ICLEI (International Council for Local Environtmental Initiatives), forum internasional tersebut dihadiri oleh 560 peserta yang berasal dari 60 negara di berbagai belahan dunia. Forum ini merupakan ajang untuk berbagi ide, pembelajaran dan menciptakan solusi bagi isu aktual global yang ada di setiap kota diseluruh dunia. Kota Jambi sendiri merupakan anggota ICLEI yang sejak tahun 2014 lalu telah turut berpartisipasi aktif terkait isu lingkungan dan iklim global.

Dalam tahap selanjutnya, pada medio Juli ini, pihak EIB akan melaksanakan conference call dan mewawancarai langsung Wali Kota Jambi, H. Syarif Fasha, terkait masalah teknis dan kesiapan menerima bantuan tersebut, serta diundang untuk menghadiri The UN Climate Action Summit pada bulan September mendatang di New York Amerika, dimana ajang tersebut juga akan diikuti oleh High-Level Political Forum on the SDGs.

Masuknya Kota Jambi dalam 20 besar nominator GCCC adalah buah manis dari keaktifan H. Syarif Fasha dalam membawa Kota Jambi kelevel pergaulan tingkat dunia. Keseriusan dan komitmen kuat Wali Kota Fasha membawa Kota Jambi untuk turut berkontribusi dalam upaya penyelamatan iklim global, dan keaktifan Kota Jambi diberbagai organisasi global yang concern akan isu lingkungan, merupakan modal besar dan bobot penilaian penting bagi Kota Jambi untuk dapat masuk menjadi nominasi GCCC kali ini.

Dalam proposalnya, Kota Jambi mengajukan proyek strategis senilai
30 juta Euro untuk proyek “Green Urban Transport Project” berupa masterplan sistem transportasi massal di Kota Jambi, pembangunan infrastruktur jalan, smart traffic monitoring system, dan pembangunan terminal bus terintegrasi.

Proyek ini akan mengubah sistem transportasi publik di Kota Jambi, dimana akan berkontribusi besar dalam upaya mengurangi kadar emisi gas buang beracun kendaraan, mengurangi kepadatan lalu lintas, memberikan sarana transportasi yang aman, murah dan ramah bagi anak-anak, wanita, lanjut usia, serta bagi kaum disabitilas. Sistem transportasi ini juga akan di aplikasikan menyeluruh disetiap lokasi dalam wilayah Kota Jambi.

Diharapkan hasil akhir dari proyek ini adalah Kota Jambi yang berkontribusi besar dalam gerakan global “climate action adaptation 70%”, upaya mereduksi kadar emisi gas efek rumah kaca dan pemanasan global.

Eksistensi Kota Jambi di kancah berbagai forum internasional tersebut tidak terlepas dari komitmen dan dedikasi tinggi yang telah diinisiasi dan ditunjukkan oleh kepemimpinan Wali Kota Jambi Dr. H. Syarif Fasha, ME sejak awal memimpin Kota Jambi hingga kini kepemimpinan dirinya bersama wakilnya Dr. dr. H.Maulana, MKM dalam menahkodai pemerintahan Kota Jambi Terkini.

Selain itu, langkah kongkrit Pemkot Jambi dalam kampanye kota hijau dan langit biru tidak perlu diragukan lagi. Berbagai program kegiatan pembangunan dan inovasi pro lingkungan, sejauh ini telah mewarnai dinamika pembangunan Kota Jambi dewasa ini. Hal mendasar yang menjadi kekuatan utama pembangunan di Kota Jambi adalah membangun dengan konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Saat ini ruang terbuka hijau mulai diperbanyak dengan berbagai langkah kebijakan, yaitu membuat regulasi yang mewajibkan pengembang properti untuk mengalokasikan 30% dari area proyek untuk ruang terbuka hijau dan ruang publik, serta menghibahkannya kepada Pemkot Jambi untuk dikelola dengan baik.

Berbagai taman tematik diberbagai sudut kota dengan konsep menarik juga menghiasi dan menambah keindahan rona wajah Kota Jambi dewasa ini.

Berbagai inovasi juga mewarnai dalam penentuan berbagai kebijakan Wali Kota Jambi dalam mendukung kampanye global ini, yaitu memberdayakan masyarakat sebagai kekuatan utama dalam mendukung pemerintah dalam menjalankan misi melestarikan lingkungan di Kota Jambi.

Beberapa inovasi tersebut diantaranya, Program Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya yang menginisiasi dan membangun semangat kerjasama dan gotong royong masyarakat secara kolektif dalam melestarikan, memperindah, menghijaukan, serta menjaga kebersihan dan keamanan lingkungannya. Hebatnya, inovasi ini mampu mengefisiensikan pengeluaran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan tata kelola kebersihan kota, sebesar 30% dari total APBD Kota Jambi.

Program inovasi lainnya adalah, gerakan massal pembuatan lobang biopori, inovasi pengantin menanam, inovasi tanaman hijau sebanyak jumlah lantai tempat usaha, serta sejuta pohon untuk Kota Jambi Hijau.

Upaya besar tersebut terus dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara kolektif agar peduli dan sadar terhadap pentingnya mengelola lingkungan untuk masa depan yang lebih baik dan menyelamatkan generasi masa depan.

Inovasi dibidang tata kelola persampahan juga tidak kalah pentingnya dengan membangun basis kesadaran masyarakat, bahwa sampah memiliki juga nilai ekonomis (uang), jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, selain upaya penting dalam penyelamatan lingkungan. Upaya yang dilakukan Pemkot Jambi adalah mendorong di setiap RT agar memiliki bank sampah, sehingga masyarakat teredukasi di tingkat sumber rumah tangga untuk bisa langsung memilah sampah organik dan anorganik.

Kota Jambi saat ini telah memiliki sebanyak 72 Bank Sampah yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat dan turut berperan dalam mengurangi sampah di Kota Jambi. Sampah anorganik memiliki nilai ekonomis, akan dibawa ke bank sampah untuk ditukar menjadi beras, bahkan emas (melibatkan partisipasi CSR salah satu BUMN).

Untuk memperkuat legalitas dan komitmen dalam upaya pengelolaan sampah, Kota Jambi telah mengeluarkan produk hukum beripa Peraturan Daerah dan Peraturan Wali Kota yang mengatur tatakelola sampah di Kota Jambi dan sanksi tegas bagi pelanggar.

Penegakan perta tersebut terbilang sangat serius, tercatat dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, berbagai pelaku pelanggar Perda dan Perwal telah diganjar hukuman denda. Denda terbesar yang pernah ditetapkan Hakim terhadap pelaku pembuang sampah sembarangan adalah denda sebesar 20 juta Rupiah.

Selain telah menciptakan beberapa kebijakan dan membuat peraturan yang pro lingkungan, Kota Jambi juga telah menginisiasi pengurangan sampah dari sumbernya yaitu dengan kebijakan pembatasan penggunaan kantong plastik pada usaha ritel dan dengan mendorong upaya pengomposan sampah menjadi energi ramah lingkungan.

Saat ini, usaha ritel, supermarket, toserba swalayan dan restoran telah dilarang untuk menyediakan kantong plastik bagi konsumen. Masyarakat diedukasi untuk memakai dan membawa sendiri kantong ramah lingkungan yang dapat dipakai berulang kali.

Bahkan untuk upaya pemanfaatan sampah menjadi energi, Pemkot Jambi ini telah menjadi percontohan dan pilot project di Indonesia. Melalui badan PBB UNESCAP, Kota Jambi menjadi Kota di Indonesia yang mengadopsi program Waste to Energy atau Integrated Resource Recovery Center (IRRC), dalam menghasilkan energi gas dan listrik ramah lingkungan yang dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat sekitar. Bantuan bernilai 200 ribu USD ini juga mampu mengurangi sampah tingkat sumber, dan menefisiensikan alokasi dana pemerintah dalam tata kelola sampah.

Selain itu, berkat komitmen tinggi akan tata kelola lingkungan yang berkelanjutan, Kota Jambi juga telah mendapat bantuan asing untuk pembangunan Emission Reduction in Cities (ERiC) Programme Solid Waste Management di Kota Jambi dengan sistem Sanitary Landfill, bertempat di kawasan TPA Talang Gulo.

Proyek yang merupakan bantuan Pemerintah Jerman melalui German Federal Government (KfW/Kreditanstalt für Wiederaufbau) Bank Pembangunan Jerman senilai 14,2 juta Euro (225 Milyar Rupiah) tersebut diproyeksikan akan beroperasi selama 90 tahun mengolah sampah dengan konsep go green dan ramah lingkungan.

Kota Jambi juga mendapatkan bantuan dari Asian Development Bank (ADB) senilai 625 milyar Rupiah untuk pembangunan IPAL dengan Sewerage System yang berlokasi di Kecamatan Jambi Timur, serta bantuan yang bersumber dari lembaga PBB UN Habitat untuk penataan kawasan kumuh di Kota Jambi.

Sebagaimana juga diketahui bahwa, keaktifan Wali Kota Jambi Syarif Fasha dalam berbagai forum internasional banyak mendapat apresiasi. Kota Jambi selama ini juga aktif dalam isu iklim global. Keseriusan Kota Jambi dibuktikan dengan bergabungnya dalam berbagai forum internasional yang concern dalam upaya penyelamatan lingkungan, seperti The Global Covenant of Mayors for Climate and Energy (GCoM) dan ICLEI.

Selain telah menjadi anggota ICLEI, pada September 2016 lalu, Wali Kota Fasha juga terpilih menjadi Representative Council di dua jabatan sekaligus, yaitu General Assembly UCLG ASPAC, serta negara-negara di Southeast Asia menunjuk Wali Kota Jambi itu menjadi Representative Council UCLG ASPAC (United Cities and Local Government Asia Pacific) dan Representative Council tingkat dunia untuk periode 2016 – 2018.

SUMBER: BAG. HUMAS SETDA KOTA JAMBI.